Rabu, 19 November 2008

Apakah "theopreneurship'?

"Theopreneurship" merupakan istilah yang saya buat dengan menggabungkan antara kata "theology" dan "entrepreneurship". Dua kata itu jarang digabungkan bahkan seringkali seolah-olah dianggap berlawanan. Teologi sering dikaitkan dengan rambu-rambu yang bersifat mengekang dan membatasi pemikiran, perkembangan budaya dan keyakinan. Sebaliknya, entrepreneurship berkaitan dengan pendobrakan gagasan, kebiasaan, keyakinan. Teologi sering dianggap mencurigai kreatifitas dan perubahan, sedangkan entrepreneurship justru memndorong kreatifitas dan perubahan. Wilayah teologi dianggap sakral, jauh dari uang dan jual-beli. Sebaliknya, wilayah entrepreneurship sering dianggap terutama di dunia bisnis. Dengan memperkenalkan konsep "theopreneurship" saya ingin membuktikan bahwa kedua hal itu justru bisa sinergis, bahwa teologi dan entrepreneurship sebenarnya bisa sangat kompatibel dan bisa menjadi mitra yang konstruktif.

Teologi Kristen, misalnya, mencakup konsep tentang Allah yang kreatif dan inovatif. Allah yang bukan hanya menciptakan dunia dan segala isinya, tetapi juga "kasih setianya selalu baru setiap pagi." Saya yakin teologi-teologi dalam tradisi-tradisi agama lain pun mengandung konsep serupa. Teologi semacam ini seharusnya menjadi inspirasi bagi pembentukan karakter yang kreatif, konstruktif, dinamis dan inovatif, baik dalam beragama maupun dalam pekerjaan, profesi dan bisnis.